Kecerdasan emosional
merupakan sebuah domain dari trait. Kecerdasan emosional di pengaruhi beberapa
faktor, baik faktor yang bersifat pribadi, sosial ataupun gabungan beberapa
faktor. Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosioal.
Dibawah ini diberikan
dua teori penyebab/faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional berdasarkan
teori Goleman dan Agustin.
Menurut Goleman
(dalam Ifham, 2002) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional,
yaitu:
Faktor internal
Faktor internal
merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh
keadaan otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala,
neokorteks, sistem limbik, lobus prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak
emosional.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal,
merupakan faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau mengubah
sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara
kelompok, antara individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat
bersifat tidak langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak
maupun elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
Sedangkan menurut
Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu:
Faktor psikologis
Faktor psikologis
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini
akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan
keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut
Goleman (2007) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional.
Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak
jauh dalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan
emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan emosi secara fisiologis dapat
dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan dorongan fisiologis
manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan impuls emosi. Puasa yang
dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin Kamis.
Faktor pelatihan
emosi
Kegiatan yang
dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin
tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai
(value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi
suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih.
Melalui puasa sunah Senin Kamis, dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional
yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan begitu saja sehingga mampu menjaga
tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk melalui puasa
sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan
penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.
Faktor pendidikan
Pendidikan dapat
menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan
emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana
mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah,
tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah
tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan
kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja.
Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang berulang-ulang dapat membentuk
pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan emosi. Puasa sunah Senin Kamis
mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen, visi, kreativitas,
ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan, peguasaan diri atau
sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi.
Referensi
Agustian, A. G. 2007. Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual
Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA
Publishing
Nggermanto, A. 2002. Quantum
Quotient (Kecerdasan Quantum): Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara
Harmonis. Bandung: Penerbit Nuansa.
0 comments:
Post a Comment